Friday, July 05, 2019

Bingung Pesan Taksi Blue Bird di Aplikasi My Blue Bird (?)

Bingung melanda ketika ada perjalanan subuh-subuh, harus berangkat dari rumah ya pasti subuh-subuh juga, engga ada yang anterin, susah cari transportasi online, mau gimana kalau gitu? Jadi, ceritanya harus ke pool travel untuk berangkat ke bandara, jadwalnya pukul 04.15. Ada beberapa opsi berangkat:
  1. Minta tolong karyawan untuk anterin ke pool travel, tapi ternyata dianya pulang jadi otomatis opsi ini bye-bye. Selain dia pulang, dianternya juga pake motor, takut juga naik motor subuh-subuh, takut ada begal 😂
  2. Go show order GoCar atau Grab, tapi masih terang aja suka susah dapetnya apalagi subuh-subuh jam 3, ini jadi opsi terakhir, sih.
  3. Taksi Blue Bird, ini beneran opsi paling oke dibanding yang lain.
Setelah galau-galau, akhirnya memutuskan untuk menggunakan Blue Bird. Kenapa bukan GoJek atau Grab? Di daerah gue suka jarang banget ada GoCar/ GrabCar, padahal ini di Cimahi yang bukan pelosok-pelosok banget. Teringat juga ada aplikasi My Blue Bird di handphone. Aplikasi My Blue Bird tersedia di Android dan iOS ya, search aja di PlayStore atau di AppStore, gratis!
Bukan pertama kali nyobain aplikasi My Blue Bird, pernah pake aplikasi My Blue Bird untuk pesan taksi saat itu juga, lebih mudah dapatnya daripada menggunakan aplikasi GoJek yang juga kerjasama dengan Blue Bird. Jadi, saatnya cobain fitur booking in advance di aplikasi My Blue Bird.
Tampilan Aplikasi
Gampang banget untuk booking in advance si Blue Bird ini, tinggal tentuin lokasi penjemputan kita. Kalau di foto, keliatan ada taksi-taksi lagi ngumpul. Jangan khawatir kalau saat mau pesan ternyata tidak kelihatan taksi sama sekali di sekitar titik penjemputan, jangan ragu untuk terus melanjutkan proses pemesanan.
Pilihan Armada Blue Bird di Bandung
Kita bisa pilih mau pakai mobil kecil atau mobil besar. Kalau gue, pilihnya mobil kecil aja, lagian yang berangkat cuman 1 orang.
Oh iya, kita bisa pilih lokasi pengantaran saat pemesanan ataupun nanti setelah dijemput, fleksibel. Nantinya setelah selesai pesan taksi, kita bisa lihat pemesanan kita di booking.

Nah, itu notifikasi pemesanan kita. Bingung, sih, ini tuh sama sekali engga bisa dipencet-pencet dibuka detailnya selain di-cancel. Kesel, kan? Bingung liat darimana kalau pesanan kita sudah dikonfirmasi apa belum. Tapi ya sudahlah, kita tunggu saja, menunggu sambil deg-deg-an takut engga dapet driver Blue Bird.
Pilihan Metode Pembayaran
Enaknya aplikasi My Blue Bird, kita bisa pilih metode pembayaran menggunakan tunai atau LinkAja. Gue cuman iseng aja nambahin metode LinkAja, lagian engga pernah dipake juga. Ada pilihan kartu kredit juga, tapi karena engga punya kartu kredit, ya ngapain juga ditambahin. Pake tunai juga udah enak.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dari jam 2 subuh gue udah harap-harap cemas, liatin aplikasi My Blue Bird, kok engga ada notif kalau ini pesanan dikonfirmasi apa engga. Sempet mau di-cancel, tapi ntar kalau engga dapet taksi, gimana? Mau ke pool naik apa? Galau, ya khaan~ Coba masuk aplikasi My Blue Bird, tiba-tiba booking-an terkonfirmasi.

Tampilan aplikasi My Blue Bird pun berubah jadi seperti di foto. Pesanan taksi-nya baru dikonfirmasi jam 02.30. YA AMPUN, ternyata ini driver Blue Bird in-time banget!! Kirain bakal telat gitu, kan, taunya malah lebih cepet. Yasudahlah, gue pun minta Bapak driver-nya untuk santai aja jemputnya, karena sepertinya kecepetan booking jamnya. Diliat dari tracking-nya, si Bapaknya juga ambil jalan muter, tapi ya namanya jalanan subuh-subuh masih sepi, tetep aja nyampenya cepet. Pesan mobil kecil, yang dateng mobil gede, alhamdulillah ya sesuatu~
Pake Blue Bird untuk alternatif transportasi tuh menyenangkan juga, anti ribet-ribet club! Tinggal booking via aplikasi tanpa perlu telepon sana-sini, konfirmasi ke call center, bisa pilih armadanya (mungkin di Jakarta lebih banyak pilihan armadanya), asal jangan cancel pas driver-nya udah mulai jemput, ya!
Plus-nya dari aplikasi My Blue Bird menurut gue:

  1. Mudah penggunaannya
  2. Engga lemot aplikasinya
  3. Mudah registrasi akun
  4. Engga perlu repot-repot telepon untuk pesan taksi
Minus-nya dari aplikasi My Blue Bird cuma 1 kalau menurut gue, kalau udah booking taksi, bikin bingung pesanannya udah dikonfirmasi apa belum yang bikin cemas sebagai first timer user.
Tapi, kayaknya lebih enak kalau bisa chat sama driver di aplikasinya kayak aplikasi ojol 😜
Harganya juga engga beda jauh sama ojol, kalau gue sih mending pake Blue Bird, apalagi kalau lagi banyak barang bawaan. Driver Blue Bird suka inisiatif bantuin, kalau driver ojol mah boro-boro, cuman duduk manis di mobil doang nunggu kita masuk dan nunggu kita minta bantuan.


Saturday, July 28, 2018

Jeda Sekian Lama

Setelah berpikir ulang terus menerus ga henti-henti (lebay), rasanya ingin sekali kembali ke dunia blog. Dunia tulis menulis mencurahkan segala pengalaman, kesan, pesan, dan segala yang kualami selama hidup ini. Awalnya buat blog ini sih untuk share cerita-cerita perjalanan. Tapi, seiring berjalannya waktu, kayaknya sih udah bakal jarang jalan-jalan yang bener-bener jalan.
Namun, inti dari perjalanan itu bukan hanya sekedar jalan-jalan ke suatu tempat, kan? Perjalanan itu bisa juga kayak bagaimana kita menjalani hidup ini, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Jadi, mari mulai kembali menulis.
Semoga bermanfaat.
Selamat menikmati.

Thursday, December 08, 2016

Numpang Tidur di The Port by Quarters Hostel Singapore

Buat kalian yang lagi pada bingung, "Duh, di Singapura, tidur di mana, ya?", sini gue kasitau, deh. Berhubung hotel di Singapura relatif mahal, sempit, dan rata-rata tanpa sarapan pagi, gue sarankan mending pilih hostel kalau emang bener-bener mepet biaya alias budget traveler. Tapi kembali lagi pada preferensi masing-masing, ya!
Source: Foto Pribadi @shafiraira
Sebelum ke Singapura, pastinya browsing di Agoda dulu. Cek hotel mana yang murah, mana yang sekiranya enak untuk ditempati, cek lokasi hotel, cek fasilitas, lengkap lah. Di Agoda banyak banget pilihannya, jadi bingung. Sempet galau juga pilih hotel yang mana, secara rata-rata hotel tanpa sarapan pagi, dan gue kurang suka dengan lokasinya (di Geylang, di pikiran udah blacklist untuk area itu, lebay, hahaha). Bila membandingkan antara hotel dan hostel dengan harga yang hampir sama, di hostel mendapatkan sarapan pagi sedangkan di hotel tidak, di hotel kamarnya private sementara di hostel berbagi dengan yang lain. Pilihan jatuh di The Port by Quarters Hostel Singapore.
Source: http://theport.stayquarters.com/
Mengapa di situ? Begini alasannya:
  1. Ada Queen Capsule. Ingin penginapan yang ada sarapan pagi, kalau di hotel engga bakal dapet, hemat intinya, sih.
  2. Lokasinya cucoks. Ke Merlion tinggal jalan (ini penting karena -katanya- belum ke Singapura kalau belum ke Merlion, haha). Terletak di antara 2 stasiun MRT, jaraknya pun tidak terlalu jauh. Tapi, gue sarankan keluar-masuk lewat jalur Raffles Place aja kalau mau ke sini. Ke Clarke Quay masih rada jauh, kecuali kalau doyan jalan sekalian jalan-jalan.
  3. Harga tidak berbeda jauh dengan hotel yang sebelumnya hendak dipilih. Harga hotel yang sebelumnya sekitar Rp500.000++, sedangkan di hostel ini untuk bed berdua, kami mendapat harga sekitar Rp1.318.000-an untuk 3 malam. Lumayan daripada lumanyun.
  4. Di pikiran saat memilih tempat ini, "Deket tempat gaul Singapura (by the river), gampang cari makan.". Emang, sih, tempat hangout para expatriat Singapura, tapi ragu akan kehalalannya dan isi dompet, ujung-ujungnya fastfood, hahaha!
  5. Dilihat dari fasilitas, sih, oke. Baru buka di tahun 2015, harapannya engga nemu yang lapuk-lapuk. Alhamdulillah-nya emang keliatan banget barunya.
Setibanya di Singapura (di MRT Raffles Place), dengan panduan dari website hostel bagaimana menemukan hostelnya, tanpa nyasar, kami pun tiba dengan selamat di hostel. BTW, tips cari letak hostel di Singapura, lihat gedung bagian atasnya, jangan terpaku dengan bagian depannya (bawahnya), rata-rata bagian depannya (bawahnya) itu toko atau kios, hostel terkadang berada di lantai atas dari toko atau kios tersebut. Sign hostel pun selalu berada di lantai atasnya, seperti pengalaman waktu pertama kali backpacking ke Singapura, letak hostel di Chinatown, bingung engga nemu si hostel padahal katanya cuman 5 langkah dari pintu keluar MRT Chinatown, sedangkan di lorong jalan itu penuh sama tukang jualan. "Di mana si hostelnya?", pikirku saat itu. Saat melongok-longok ke atas, "Lah itu ternyata, daritadi capek nyariin, deket pisan dari MRT ini mah.". Tapi ada juga, kok, yang langsung di bawah. Yang penting, jangan malas baca website hostelnya, karena suka ada penjelasan letak hostelnya, biar engga wasting time nantinya ketika cari letak si hostel tersebut.
Source: http://theport.stayquarters.com/
Sampai di resepsionisnya, kami diberitahu peraturan hostelnya bahwa kami tidak boleh makan maupun minum di kamar, kecuali minum air putih, masih boleh. Gue lihat sekeliling ruangannya, leh uga pemandangannya. Tapi, kecil banget ruangannya kalau untuk sarapan pagi. Kalau habis menggunakan peralatan makan/minum, harus cuci sendiri, self service gitu, deh. Foto yang gue ambil ini sepertinya foto lama, karena di pojok kanan dekat tempat duduk belum ada wastafel untuk cuci piring dan tangan.
Source: http://theport.stayquarters.com/
Setelah mendapat kunci kamar, kami diantar menuju kamar kami yang terletak di lantai 3. Cukup melelahkan untuk naik tangganya (lebay). Sebelumnya, kami ditunjukkan dimana letak kamar mandi dan di mana kami bisa 'nongkrong' untuk sekedar minum ataupun makan.
Source: http://theport.stayquarters.com
Source: http://theport.stayquarters.com/
Kami diberitahukan bahwa kami bebas menggunakan komputer di pojokkan. Di foto yang gue ambil dari websitenya pun belum ada tempat setrika. Di sini, kita bisa nyetrika baju sendiri tanpa biaya tambahan (CMIIW), Ada juga mesin cuci, tapi sekali cuci harus bayar sekian dolar, sekitar $10 (bisa jadi kurang) kalau tidak salah, yang pasti, mahal!
Source: http://theport.stayquarters.com/
"Wih, lucu juga.", first impression atas kamarnya yang suppppah-cute, in my honest opinion. Loker di bawah bednya juga lucu dan luaaaaaaaaaaaaaaaaaaassssssssssssss ke dalam.. Orang juga bisa tidur di situ, tapi kemudian susah nafas, hahahaha, Di dalam capsule-nya, ada semacam tempat buat nyimpen laptop ataupun handphone (seperti di foto). Amazing-nya, ternyata plugnya mereka itu udah internasional, jadi engga perlu bawa plug tipe kaki tiga.
Source: Foto Pribadi @shafiraira
Kami sempat request untuk ditempatkan di bed bawah, dan dikabulkan oleh pihak hostel. Mungkin juga memang kebetulan kosong juga, hahaha. Kebayang, sih, ribetnya harus naik tangga dulu ke bed kalau di bed atas.
"Kok kebuka gitu, sih, bed-nya?", mungkin pikiran itu terlintas, eh apa engga? Yang pasti, ada tirainya, kok. Jadi tetep ada privasi dan pastinya tidak tembus pandang dari luar selama lampunya mati. Kalau lampunya nyala dan tirainya ditutup, ya keliatan lagi ngapain di dalamnya.
Kamar mandinya juga bersih dan ada 4 kamar mandi, lumayan lah. Ada air panasnya juga, walaupun sesungguhnya menurut gue air panas tidak dibutuhkan karena cuacanya udah panas. Oh iya, buat para wanita yang khawatir rambut basah habis keramas tapi pengen cepet jalan-jalan, di hostel ini disediakan hair dryer di lounge-nya, gratis! Selain itu, isi ulang air minum juga gratis, disediakan di hostel ini! Seneng, kan, denger yang gratis?
Akhir dari cerita ini, semoga cerita ini bermanfaat.
Keep Traveling and Share Your Travel Experiences!
CHEERS!

Monday, November 28, 2016

Membuat Paspor Secara Online

Kali ini, gue bakal bercerita bagaimana mudahnya memperpanjang ataupun membuat paspor secara online. Sudah lama ingin banget perpanjang paspor, tapi banyak kendalanya, antara males antri, ribet urusan birokrasi, waktu mepet, dan sebagai macam alasan yang sebenarnya bisa diakali. Hingga suatu hari, Tante gue ngajak bikin paspor untuk anak-anaknya, kemudian berpikir, "Apakah gue sekalian perpanjang paspor? Apakah ini waktu yang tepat?". Mumpung waktu lowong, gue memutuskan untuk ikutan perpanjang paspor, paspornya dipake kemana, itu urusan nanti.
Juni 2016, saat bulan puasa, gue rasa adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ke kantor imigrasi. Sebelumnya sekitar bulan Maret 2016, pernah mencoba membuat paspor di Kantor Imigrasi Kelas 1 Bandung di Jalan Soekarno Hatta No.348. Kenapa di situ? Menurut sumber terpercaya dan pengalaman, antrian di situ tidak akan sebegitu parahnya seperti yang di Jalan Surapati, karena saat mengantar pacar (sekarang suami) membuat paspor (tahun 2015), baru datang sekitar jam 9 atau 10, masih dapat antrian dan selesai sebelum jam makan siang. Ternyata, saat gue kembali lagi ke situ, tidak sesepi yang diharapkan, datang jam 8, antrian udah penuh, kami pun ditolak. Gagal lah.
Keterbatasan waktu, membuat gue memutuskan untuk menyarankan membuat paspor secara online, baik perpanjangan maupun permohonan baru. Awalnya ragu untuk online, karena antrian online hanya tersedia di Kantor Imigrasi Surapati, membayangkan antrian penuh sesak, itu udah pesimis duluan. Begini prosedur permohonan paspor secara online:

  • Masuk ke website Layanan Paspor Online atau search di Google dengan keyword 'paspor online', nanti akan muncul link-nya. Mungkin akan ada notifikasi bahwa link tersebut agak berbahaya, lanjut saja.

Tampilan website Layanan Paspor Online
  • Pilih 'Pra Permohonan Personal'. Isi data yang dibutuhkan. Apakah permohonan paspor baru, perpanjangan, atau lainnya. Klik 'Lanjut'.
  • Isi informasi pemohon. Jangan sampai salah isi, ya! Dicek lagi sebelum klik 'Lanjut'. Walaupun nanti saat wawancara, akan ada verifikasi data oleh petugas. Untuk bagian identitas, karena masa berlaku e-KTP sudah seumur hidup, pada bagian masa berlaku identitas, tambahkan 5 tahun ke depan dari tanggal identitas dikeluarkan. Hal ini berlaku juga untuk anak-anak yang belum mempunyai KTP, nomor identitas didapat dari kartu keluarga (NIK).

  • Isi terus informasi pemohon hingga ada jumlah uang yang harus dibayarkan dan metode pembayaran yang diinginkan, kemudian akan ada captcha sebagai verifikasi bahwa pemohon bukanlah robot.
  • Setelah itu akan tampil informasi pembayaran dan konfirmasi permohonan yang berisi informasi kantor imigrasi yang akan kita tuju, tanggal yang tersedia untuk kanim yang dipilih kemudian masukan kode caphtcha dan klik tombol lanjut.
  • Nanti akan ada email konfirmasi dan juga lembaran yang harus dibawa saat melakukan pembayaran. Pembayaran tidak boleh lebih dari 5 hari dari email diterima, ya! Kalau lebih dari 5 hari, kamu harus isi ulang permohonan paspornya.
  • Kalau sudah melakukan pembayaran, kamu harus klik link konfirmasi yang ada di email konfirmasi permohonan sebelumnya. Setelah klik linknya, nanti kamu diharuskan isi formulir lagi.
Bukti Pembayaran 
  • Kamu akan masuk ke halaman Konfirmasi Tanggal Kedatangan. Pada halaman tersebut juga terdapat contoh resi, untuk melihat No. Jurnal apabila pemohon telah melakukan pembayaran. Di situ pula kamu memilih tanggal kedatangan kamu nanti di Kantor Imigrasinya.
  • Cek email lagi, deh. Formulir itu diprint dan nantinya dibawa saat ke Kantor Imigrasi, ya!
Sorry, gambarnya engga lengkap untuk yang online, karena gue engga bisa lanjut ke menu selanjutnya, mungkin sistem 'ngeh' kalau gue udah punya paspor dan malah pilih permohonan paspor baru, hahaha. Lebih jelasnya bisa dilihat di sini.
Setelah daftar online, kita hanya tinggal menunggu tanggal yang kita pilih sebelumnya (jangan sampai lupa tanggalnya, ya!). Jangan lupa sedia lem, pulpen, ataupun alat tulis lainnya yang kemungkinan berguna. Waktu itu, gue datang jam 6 pagi, alhamdulillah antrian online kebagian nomor awal, sedangkan yang walk-in sudah antrian nomor 60-an. Kebayang, dong, nunggunya bakal lama banget kalau walk-in? Dan, saat itu lagi bulan puasa, tetep aja rame.

Nomor Antrian
Suasana Kantor Imigrasi Bandung
Suasana Saat Hari Pengambilan Paspor
Nomor Antrian Pengambilan Paspor 
Engga perlu nunggu lama, gue udah dipanggil untuk foto dan wawancara. Gue iseng tanya bapak petugasnya, "Pak, jam segini kok udah rame aja, sih?". Bapaknya cuma bilang, "Ya beginilah.". Sesungguhnya itu bukan jawaban yang gue inginkan, engga ada drama-dramanya gitu, hahaha.
Jam 7 pun gue udah selesai urusan di Kantor Imigrasi. Cepet banget! 
Seminggu kemudian pun gue kembali lagi ke Kantor Imigrasi untuk mengambil paspor. Antrian pengambilan paspor cukup panjang tapi tidak memakan waktu lama. Hanya kurang lebih 30 menit, paspor baru sudah berada di tangan gue. Tidak lupa, gue meminta paspor lama gue untuk bisa dipegang alias disimpan sebagai kenang-kenangan, hanya dengan mengisi form yang diberikan petugas dan kita bubuhi materai dan tanda tangan kita. Kelar, deh!
Paspor Lama dan Baru
Persyaratan paspor juga bisa dilihat di sini. Mudah, kok, persyaratannya. Juga tidak perlu menggunakan calo kalau memang kamu tidak begitu sibuk. Selamat membuat paspor!
Keep Traveling and Share Your Travel Experience!