Friday, April 22, 2016

Jalan-jalan ke Pasar Kosambi

Semasa kecil, aktivitas yang paling disukai salah satunya adalah jalan-jalan ke pasar. Meskipun harus bangun pagi-pagi untuk ke pasar, main ke pasar adalah hal yang menyenangkan bagi gue, pada masanya. Di pasar itulah gue menemukan banyak hal, seperti jajanan, hahaha. Kalau bukan di pasar, biasanya gue engga boleh jajan.
Seiring waktu, pasar yang biasa gue kunjungi kalah pamor dengan pasar modern seperti supermarket. Mungkin juga karena gue-nya kebawa arus, jadi engga pernah ke pasar lagi.
Ilustrasi Supermarket: Google
Pasar yang biasa gue kunjungi semasa kecil letaknya deket rumah nenek gue di daerah Lengkong, Bandung. Pasar satunya lagi adalah Pasar Kosambi. Hingga pada suatu hari, gue mesti ke pasar setelah sekian lama engga main ke pasar. Rasanya? Bingung. Ditambah bau-bau asem-segar-asin-hanyir. Selain itu, panas. Biasa di supermarket, dikasih AC, dibawa ke tempat panas dikit, bingung.
Pasar Kosambi (Sumber: Google)
Pasar Kosambi ini terletak di Jalan Ahmad Yani, Bandung, lebih tepatnya bisa cek di sini. Dulu, di pasar ini terdapat banyak kios di dalam gedungnya sampai di lantai atasnya. Mulai dari sandang, pangan, dan papan. Segala ada, kebutuhan hidup ada semuanya di situ. Entah kenapa, seiring waktu pula kios-kios tersebut tutup lapak. Sehingga terkadang gue merasa serem kalau ke Pasar Kosambi. Jadi, gue hanya berkunjung ke bagian basement Kosambi ini, yaitu 'surga' bahan makanan.
Di bagian basement Kosambi, kalau masuk lebih dalam, kita bakal menemukan banyak bahan untuk masak-memasak. Mulai dari bawang, lengkuas, jahe, daun pandan, daging ayam, daging sapi, ikan, kelapa, dan masih banyak lagi. Saking banyaknya yang jualan, suka bingung mau 'jajan' di pedagang yang mana.
Pedagang Tahu
Pedagang Buah 
Pedagang Ayam
Suatu hari, gue membeli 1 ekor ayam di Pasar Kosambi seharga Rp30.000. Beberapa hari kemudian, gue pergi ke supermarket, lalu teringat ingin membandingkan harga ayam dengan yang ada di pasar tradisional. Ternyata, harganya sama saja. Bisa jadi, gue engga terlalu memperhatikan jenis ayam apa yang gue beli di pasar, karena yang gue lihat di supermarket, ayam broiler utuh dihargai Rp30.000, sedangkan untuk ayam kampung dihargai sekitar Rp50.000. 
Suasana Pasar
Jual Kolang-kaling 
Pedagang Baso Tahu Sejenis 
Pedagang Ikan 
Kios-kios Jualan Alat Dapur Semacam
Pedagang Cemilan
Ada beberapa perbedaan yang gue dapatkan antara pasar tradisional dan supermarket:
  1. Di pasar, bisa beli daun jeruk senilai nominal, misal "1 ribuan". Di supermarket, sesuai berat daun jeruk. Gue pernah mau beli daun jeruk di supermarket, asal ambil sekenanya untuk ditimbang, kata abangnya, "Minimal 25 gram.", seketika gue bingung, segimana banyak untuk 25 gram itu, karena sesungguhnya gue sudah mengambil sebanyak mungkin tapi masih kurang, kemudian gue menyerah dan lebih memilih beli di pasar.
  2. Beli cemilan di pasar, sama pedagangnya disuruh nyicip dan dikasih air mineral. Di supermarket, dicicip pun tidak boleh, harganya pun lebih mahal.
  3. Di pasar, harus siap tunai, dari paling receh sampai paling besar nominalnya. Harus siapin mental untuk nolak yang menawarkan jasa bawa barang belanjaan dan juga tenaga untuk membawa tentengan belanjaan. Di supermarket, kita tinggal gesek kartu kalau engga bawa tunai dan juga ada trolley.
  4. Di pasar, kita ditawarin untuk tawar-menawar kalau kita kelihatan ragu akan harga yang diberikan, "Tawar aja sok.", begitu kata pedagangnya. Di supermarket, harganya sudah fix semua. Namun, gue lebih memilih untuk tidak menawar, toh engga beda jauh dengan supermarket, itu alasan gue untuk tidak menawar selain karena pada dasarnya gue tidak bisa menawar, haha.
Mau pasarnya bau apa gimana, tapi ya begitulah pasar tradisional. Menurut gue, lebih menyenangkan untuk jalan-jalan ke pasar kalau memang ada waktunya dibandingkan kalau mesti ke supermarket. Untuk beberapa barang pun, gue lebih memilih belanja di pasar daripada di supermarket.
Jadi ingin coba ke pasar tradisional di kota lain selain Bandung, nih.
Keep Traveling and Share Your Travel Experiences!

No comments:

Post a Comment